Jodoh yg Sejati Membawa Diri Makin Dekat dengan ALLAH dan Nabi

TIDAK SANGGUP HIDUP HINA TANPA PERJUANGAN BAHKAN RELA MATI SYAHID KERNA AGAMA DAN PERJUANGAN

------------MENDAMBa SYAHID fi SABILILLAH-----------

Saturday, June 18, 2011

Tausiyyah Habib Zein bin Ibrahim BIn Sumaith

alhamdulillah..pertama-tamanya, marilah bersama-sama wahai jasad kerdil, wahai hati hina, wahai minda faqir untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala..

untuk apa demo suruh ambo bersyukur? (^_^)

alhamdulillah, minda faqir ini masih mengingati ayat yang masih "panas" iaitu 2 hari yang lalu (yakni 13 Jun 2011M di Balai Islam Lundang) yang dilafazkan oleh sang guru yang mulia, al-'Allamah al-Habib Zein bin Sumaith..

katanya al-'Allamah al-Habib Zein bin Sumaith, (yang bermaksud) : "manusia yang tidak bersyukur adalah manusia yang tidak mengenali dirinya adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala, manakala manusia yang bersyukur adalah manusia yang mengenali dirinya adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala dan seterusnya berusaha menjadikan dirinya sebenar-benar hamba Allah yang bersyukur"..

astaghfirullah..(T__T)

apakah yang dimaksudkan "menjadikan dirinya sebenar-benar hamba Allah yang bersyukur"?

ia adalah merujuk kepada segala ni'mat yang diperolehi oleh engkau wahai diri, bagaimana ni'mat mata contohnya, ke arah manakah engkau membawanya?

andai ke arah kemaksiatan, maka dirimu sebenarnya tidak bersyukur dengan anugerah ni'mat itu, andai ke arah keimanan, maka dirimu sebenarnya (insya Allah) bersyukur dengan anugerah ni'mat itu..

wallahua'lam..(T__T)


Wahai hati, wahai jiwa, wahai jasad..di sini ada sedikit tausyiah yang mana isi-isinya sudah kita dengari bersama, dan kita hayatinya pada 2 hari yang lalu, iaitu pada "pertemuan kita yang pertama bersama sang guru yang mulia"..

di mana, pada pertemuan kita yang pertama bersamanya, iaitu pada hari Isnin malam selasa, iaitu bermulanya ia selepas waktu Maghrib, kita telah "dihidangkan" dengan "makanan rohani" yang "enak bangat"..

alunan ayat suci dari kitab yang mulia, Al-Qur'an membuka tirai hati yang terhijab..
alunan ayat qasidah dari susunan para habaib menjirus hati dengan air-air yang membawa ketenangan..

dan..tibalah saat ditunggukan hati ini, semakin kuat debarannya..

akhirnya, sang guru yang mulia, al-'Allamah al-Habib Zein menggerakkan lidahnya, maka hanyutlah seketika hati ini di dalam menghayati setiap kata-katanya..subhanallah, alhamdulillah, Allahuakbar..(T__T)



dimulai tausyiah itu, sang guru yang mulia telah memperkatakan tentang dua ni'mat yang besar yang dikurniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada setiap hamba-Nya..

di antara dua ni'mat yang besar itu adalah hadirnya kitab yang mulia, Al-Qur'an kepada Nabi besar, Sayyiduna Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam sebagai pemberi rahmat kepada sekalian alam..

sesungguhnya segala-galanya adalah kurniaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang..

subhanallah, alhamdulillah, Allahuakbar..


namun..

katanya sang guru yang mulia ini, "berapa banyak manusia, mereka baca (yakni baca Al-Qur'an), akan tetapi mereka tidak memahaminya, pada hal tujuan daripada pembacaan Al-Qur'an adalah dibaca untuk difahami, untuk diketahui, mengambil akhlak, mengambil adab dan apa yang ada di dalamnya"..

astaghfirullah..(T__T)

katanya lagi, sang guru yang mulia, "kemudian, ni'mat ini adalah ni'mat yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak bisa dibayar dengan wang, yang tidak bisa dibayar dengan harta, ni'mat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, ni'mat membaca Al-Qur'an, dan mengetahui kitab Al-Qur'an itu adalah pembicaraan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, kalam Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita perhatikan dan kita renungkan, siapa yang berbicara di dalam Al-Qur'an"

subhanallah..(T__T)

katanya lagi, sang guru yang mulia, "Al-Qur'an itu di mana dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, adalah, "Aku turunkan Al-Qur'an yang mana Al-Qur'an, kitab tersebut penuh dengan keberkahan", maka apakah ada sesuatu yang lebih mulia dari Al-Qur'an? apakah ada sesuatu yang lebih ni'mat dari Al-Qur'an? apakah ada sesuatu yang lebih lazat dari Al-Qur'an? maka, ketahuilah tidak ada sesuatu yang lebih ni'mat, yang lebih lazat, yang lebih mulia daripada Al-Qur'an.."

subhanallah..(T__T)

sambungnya lagi dari sang guru yang mulia, "sehingga para arifbillah, mereka ketika membaca Al-Qur'an, merasakan kelazatan, merasakan keni'matan ketika mana membaca Al-Qur'an"..

subhanallah..(T__T)

sambungnya dari sang guru yang mulia lagi, "akan tetapi, orang-orang yang terhijab, mereka yang hatinya tertutup, mereka di dalam azab, mereka tidak pernah merasakan keni'matan di dalam membaca Al-Qur'an"

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T)


sambungnya lagi dari sang guru yang mulia, "katanya seorang ulama' yang soleh, "hati mereka terhijab, maka cukuplah hijab tersebut adalah azab, apabila mereka mendengar, maka apabila mereka mengetahui, maka mereka akan menidakkan apa yang ada didalamnya""

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T) nauzubillah..

katanya pula sang guru yang mulia, "kemudian, diriwayatkan dari seorang ulama' yang bernama Thabit al-Bunani, beliau mengatakan "aku membaca Al-Qur'an dengan susah payah selama 20 tahun, kemudian 20 tahun selanjutnya, aku membaca Al-Qur'an dengan keni'matan""

masya Allah, tabarakallah..(T__T)


katanya lagi, sang guru yang mulia, "dikatakan dari al-Imam Ja'far as-Sadiq Radhiyallahu 'anhu, "Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperlihatkan kekuatan-Nya, kehebatan-Nya di dalam Al-Qur'an, akan tetapi ada sebahagian manusia yang tidak mengetahuinya""

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T)

kemudiannya, sang guru yang mulia telah menegaskan, "bagi sesiapa yang tidak membacakan Al-Qur'an, orang tersebut telah meremehkan Al-Qur'an..dan siapa orang yang membaca Al-Qur'an, (tetapi) tidak merenungkannya, maka orang tersebut telah meremehkan Al-Qur'an..dan siapa orang membaca Al-Qur'an, dan kemudian merenungkannya, tetapi tidak mengamalkannya, maka orang tersebut juga telah meremehkan Al-Qur'an..maka tentunya dalam Al-Qur'an, dikatakan "ya Allah, sesungguhnya kaumku, mereka menjadikan kitab suci ini seperti tidak mempedulikan""..

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T)



sambungnya lagi dari sang guru yang mulia, "ketahuilah, di akhir zaman ini, tentunya tidak ada lagi yang paling baik untuk berpedoman kecuali pedoman Al-Qur'anul karim"..

insya Allah..(T__T)

sambungnya lagi dari sang guru yang mulia, "di dalam sebuah hadits, "siapa orang yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedomannya, maka Al-Qur'an akan membawanya ke Syurga..dan, siapa orang yang membelakangi Al-Qur'an, tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai undang-undang, sebagai pedomannya, maka orang tersebut akan diseret oleh Al-Qur'an ke dalam Neraka""

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T)


sambungnya lagi, dari sang guru yang mulia, "maka, Al-Qur'an dapat meningkatkan darajat seseorang dan dapat menjatuhkan dan merendahkan darajat seseorang"

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T)

sambungnya lagi, dari sang guru yang mulia, "maka, yang tentunya, membaca Al-Qur'an di zaman sekarang, berapa banyak manusia, mereka membaca Al-Qur'an tetapi mereka tidak merujuk di dalam pembacaannya, mereka tidak mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Qur'an,"

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T)

sambungnya lagi, dari sang guru yang mulia, "berapa banyak di antara kita yang membaca surah al-Fatihah, dari awal sampai akhir, akan tetapi tidak pernah merenungkan apa yang di dalam al-Fatihah tersebut"

astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah..(T__T)

 dan, akhirnya, kesimpulan ni'mat ini disimpulkan oleh sang guru yang mulia, "maka inilah yang pertama daripada ajaran yang diperintahkan kita untuk mempelajari Al-Qur'an, dan seterusnya merenungkannya, dan seterusnya mengamalkannya, agar ni'mat ini menjadi benar-benar ni'mat yang lazat dan enak untuk kembali kepada Allah di dalam keredhaan-Nya"..

amin ya Rabb..(T__T)

hanya sedikit kesimpulan dari minda faqir dan hati hina ini,

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

يَهْدِي بِهِ اللّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلاَمِ
وَيُخْرِجُهُم مِّنِ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

(yang bermaksud) : "Dengan kitab itulah (Al-Qur'an) Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gelita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus"

(Surah al-Ma'idah, ayat 16)

wallahua'lam..(T__T)

(T__T) : "semoga kita (wahai jasad, wahai jiwa, wahai hatiku) bukan manusia yang tidak membaca Al-Qur'an, bukan juga manusia yang membaca Al-Qur'an dan tidak merenungkannya, dan bukan juga manusia yang membaca Al-Qur'an, merenungkannya tetapi tidak mengamalkannya..sebaliknya, semoga kita wahai hatiku, adalah hamba-Nya yang membacanya, kemudian merenungkannya, kemudian mengamalkannya, insya Allah, amin ya Rabb"

copy paste sahabat seperjuangan dakwah>>

Tuesday, June 7, 2011

Tausiyah Mualimku

Bismillahhirahmanirahiim..

Alhamdulilah ALLAH masih mencintai kita saat ini kerna dengan rahmatnya yang melebihi murkaNya masih berkenan memberi kita hidayat dan taufik..
Alhamdulilah terlalu banyak nikmatMU tidak terhitung..
Mengalami pelbagai pengalaman jasad dan rohani tatkala berkelana musafir di bumi CFS,UIA pj..
sYUKUR Ya,ALLAH..
hamba hanya ingin berkongsi sedikit ilmu dengan pembaca kalian yang sudi menjengah dan menekan butang klik di blog tuan hamba..
Haza min fadhli Rabbi..
Sehari sebelum pulang ke kampung halaman.sempat mengikuti pengajian talaqi terakhir bersama sahabiah yang lain di ANX201..
Deraian airmata mengalir di relung hati ..sayu mendengarkan tausiyah terakhir dari ustaz untuk sem ini..insyaALLAH..mudah mudahan bukan yang terakhir kalinya..bila2 ana akan menjenguk madrasah tarbiyah ini..
Ya Mualimna,syukron jazilan kerna sudi menerima ana sebagai ana murid ustaz..
selama hampir sebulan bertalaqi kitab dengan ustaz..waktu yang sedikit,tapi ustaz telah berjya menamakan persaan cinta dan rindu yang kuat dalam hati ana merindui dan mencintai Baginda Rasulullah saw..
Dan pelbagai peristiwa rohani yang mengekori ana di alam nyata mahupun di alam mimpi..Rasulullah saw..kau insan yang ku tunggu selama ini..
Syukron ustaz kerna sudi menjawab segala pertanyaan dari insan yang jahil lagi tentang hakikat dunia ini..
Syukron ustaz kerna sudi mengizinkan ana menatap kitab bergambat kesayangan ustaz yang mengandungi gambar tinggalan barang Rasulullah..
masih segar di ingatan ana melihat jubah hitam,rambut,janggut,serban,capal dan macama2 lagi milik Rasulullah saw..
Dan petang itu cuaca yang agak mendung menambahkan kesayuan hati ana..
berjumpa buat kali yang terakhir..
Mudah mudahan bukan yang terakhir dalam hidup ana..
Ana menemui kasih sayang dan ketenangan luar biasa..
Syukron atas kaduknya(hadiah) ustaz..
Syukron atas ijazah pelbagai amalan..
Doakan ana agar dapat mengikuti semua pesanan ustaz..
Doakan ana agar istiqamah..
Terima Kasih Buat Sheikuna Nuruddin sudi memberi berkahnya..
Pandangan terakhir buat mualim yang disanjungi..
Seolah bermimpi pula..

Hujan yang sangat lebat petang itu..
Hampir saja ketinggalan bas ke Kulim..
Cukuplah..
Takut angin riak menghembus pula..
Sekadar berkongsi..
Nikmat dapat berguru..
Tuan hamba tahu pembaca yang dihormati ALLAH sekalian mesti lebih lagi mendapat kurnian sebegini..
Wallahulam..
Jom kita renung dan ambil ikhtibar,,

Alhamdulillah, malam ini merupakan perjumpaan terakhir untuk talaqi bagi semester ini. Mudah-mudahan pengakhiran malam ini, mendatangkan kebaikan yang besar bagi sesiapa yang akan melangkah masuk ke kampus Kuantan dan Gombak. 

Semoga Allah merahmati kesungguhan entum dalam menuntut ilmu secara bertalaqi, yang pada zaman ini sudah jarang dibuat orang. Kalau adapun, barangkali kurang istiqomah dan mendapat tentangan. Kerana itu, sesiapa yang tergolong dalam orang-orang yang asing, maka dia adalah beruntung, bertepatan dengan hadith Nabi :
جَاءَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam itu datang dalam keadaan dagang (asing) dan akan kembali dalam keadaan dagang, maka beruntunglah meraka yang dagang.”

Di akhir zaman ini, sangat kurang orang yang mengamalkan ilmu agama. Ramai yang tahu ilmu agama, tetapi sangat sedikit mereka yang bawa ilmu agama dalam kehidupan. Barangkali seseorang itu tidak mempunyai Master, phD dan sebagainya, tetapi ubudiyyahnya sangat tinggi, sehingga tiada wali yang datang ke tempat tersebut, melainkan menziarahi guru tersebut. Sehingga tiada penuntut ilmu yang datang ke tempat tersebut, melainkan mendapat barakah daripada khusyu’nya, tawadhu’nya, tadharru’nya kepada Allah. Demikianlah manusia yang dipilih oleh Allah, jika kita bawa agama dalam kehidupan. Dia dikenal oleh penduduk langit kerana mereka belajar ilmu dan amalkan ilmu dengan ikhlas. (Al-Fadhil Ustaz merujuk kepada Al-Marhum al-Maghfur lah, Habib Ali bin Jaafar al-Aydrus).

Kerana itu, Al-Marhum Habib Ali bin Jaafar al-Aydrus pernah mengatakan seperti yang dinukilkan guru kami, Syeikh Baba Abdul Aziz: “Yang dinamakan karomah itu bukan sekadar terbang di angin, berjalan di atas air, tak basah dek hujan, mengetahui sesuatu dan sebagainya, tetapi karomah yang paling besar adalah bagaimana jika pada hari itu, seorang hamba itu boleh pastikan dirinya taat kepada Allah dan meninggalkan maksiat. Itulah karomah yang terbesar dalam hidup walaupun kadang-kadang dia tidak mencapai tahap kewalian, tetapi dia telah berjaya mendidik hatinya untuk taat kepada Allah dan meninggalkan maksiat, maka itulah karomah yang terbesar.”

Kadang-kadang orang sebegini, adalah orang yang sangat sederhana. Kadang-kadang dia tidak pandai meminta kepada Tuhannya, tetapi Allah beri kepadanya kerana hatinya bersih. Perumpamaannya, seorang ibu tidak akan memberikan lauk kepada anaknya yang menangis-nangis meminta makanan sekiranya ibu tersebut mendapati ada najis ataupun tahi cicak di dalam pinggan anak tersebut, kerana ibu itu tidak mahu anaknya makan lauk yang bercampur dengan najis. Tetapi, jika anak tersebut tidak menangis dan hanya membawa pinggan kosong yang bersih, dan anak ini sangat lurus, sangat mustaqim dan bersih hatinya, maka jika anak itu tidak meminta pun ibu tersebut akan memanggilnya dan memberi lauk ke dalam pinggan anak tersebut. Demikanlah Allah, Allah tidak akan memberi sesuatu walaupun kita meminta, jika hati kita tidak bersih. Oleh itu, bersihkan hatimu daripada sifat-sifat mazmumah kerana sifat-sifat ini adalah umpama makanan bagi anjing berupa iblis, syaitan, jin.  Kita boleh menghindari gangguan jin dengan bacaan Al-Quran dan sebagainya insyaAllah, tetapi jika iblis menggoda nafsu, ia akan menjadi hawa’.

Nafsu itu tidak selamanya jahat. Yang namanya nafsu itu asalnya tiada dosa, tidak ternoda dan tidak bermaksiat. Tinggal lagi, nafsu itu sering dikalahkan oleh hawa’ sehingga seseorang itu tidak boleh lari dari kejahatan. Hawa’ adalah makanan dan minuman kepada nafsunya, namun tidak semestinya. Ada orang yang tidak perlu kepada hawa’ sehingga dia hanya melihat akan Allah. Dia hanya syuhud kepada Allah sehingga Allah membuka mukasyafahnya terhadap alam ini. Tidak ada yang dilihatnya melainkan Wajibal Wujud, Allah SWT.

Nafsu ini tidak selamanya jahat, tinggal lagi, bagaimana kita hendak mengasuh nafsu sehingga menjadi orang yang berjaya meningkatkan nafsu Ammarah kepada Lawwamah, kemudian kepada Mulhimah dan naik lagi kepada Muthma’innah. Kemudian Radhiah, Mardhiah, Kamilah dan Mutakamilah sehingga akhirnya dalam pandangan dan zauqnya hanya melihat Allah. Orang ini walaupun dirinya ada problem, ada masalah, tetapi ada sesuatu Yang Maha Kaya dalam hatinya iaitu Allah. Kerana itu, walau apapun yang terjadi padanya, hanya yang dilihatnya adalah Tauhid Af’al. Kerana itu, orang yang bijak, memandang segala yang berlaku dalam hidupnya adalah dari Allah.

Semuanya kembali kepada hati. Hati mesti bersih. Seperti seorang ibu yang apabila sinki di rumahnya melimpah air, maka pasti dia akan mengemop, mengelap dan sebagainya. Namun ibu yang bijak, akan ditutupnya punca air dari pili itu dahulu.  Demikianlah orang yang tahu punca masalah, dia akan segera dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.

Kerana itu, hati ini mesti didorong kepada ilmu tasawwuf, kepada mujahadah, zikir tariqat dan guru yang mursyid dan guru yang murobbi kerana guru itulah yang akan mendorong kita kepada jalan mengenal Allah. Dalam ilmu sufi, setiap daripada kita dikenali sebagai salik, orang yang berjalan. Maka jalan itu tidak sunyi daripada rintangan-rintangannya. Kadang-kadang, ketika berjalan kita ditumbangkan oleh hawa nafsu. Jalan ini terlalu banyak rintangannya sehingga ada yang dipanggil salik waqif, iaitu orang yang berjalan tetapi akhirnya berhenti. Adapun orang yang terus berjalan, dan terus dibimbing oleh gurunya, maka orang ini akan terbuka asrarnya (rahsia-rahsia batin), maka orang ini hatinya telah mi’raj kepada Allah sehingga dia tidak memandang makhluk, tetapi yang dipandangnya adalah Allah. Orang ini adalah orang yang hatinya terus terbang kepada Allah. Maka orang ini dipanggil salik tho’ir, kerana hatinya sudah terbang kepada Allah sehingga dia boleh merasai alam malakut dan jabarut. Siapakah yang boleh menunjukkan kepada kita semua ini? Itulah guru murobbi. Daripada apa? Daripada ilmu tasawwuf. Al-Imam As-Syeikh Abul Hasan asy-Syazili menyebutkan:
وَمَن لَّمْ يَتَغَلْغَلْ فِي عِلْمِنَا هَذَا، فَمَاتَ مُصِرًّا عَلَى الْكَبَائِرِ وَهُوَ لاَ يَشْعُرُ
“Dan sesiapa yang tidak tenggelam dalam ilmu sufi kami ini, maka orang ini takut-takut nanti dia mengekali meninggal dalam dosa besar, sedangkan dia tidak mengetahui.”

Ibnu Allan ash-Shiddiqi mengatakan bahawa perkara yang dikatakan ini adalah benar. Ini kerana, segala solat dan ibadah jika disertai dengan riya’ dan ujub, maka semua ibadah ini ditolak oleh Allah.
Sesiapa yang belajar feqah dan dia belajar ilmu tasawwuf, maka dia telah mendapat ilmu yang tahqiq. Orang yang belajar feqah, tetapi tidak belajar tasawwuf, maka orang ini adalah orang fasiq. Orang yang hanya belajar ilmu tasawwuf, tetapi tidak belajar feqah, maka orang ini adalah zindiq. Demikianlah Imam Malik menerangkan tentang kepentingan ilmu tasawwuf, beliau menyebutkan:
مَن تَفَقَّهَ وَلَمْ يَتَصَوَّفْ فَقَدْ تَفَسَّقَ، وَمَن تَصَوَّفَ وَلَمْ يَتَفَقَّهْ فَقَدْ تَزَندَقَ، وَمَن جَمَعَ بَيْنَهُمَا مَعًا فَقَدْ تَحَقَّقَ
“Sesiapa yang belajar ilmu feqah, tetapi tidak belajar ilmu tasawwuf, maka dia menjadi fasiq. Siapa yang belajar ilmu tasawwuf sahaja, tetapi tidak belajar feqah, mengetahui halal haram dan sebagainya, maka dia adalah zindiq. Sesiapa yang mengumpulkan antara keduanya, maka dia telah mendapat ilmu yang tahqiq.”

Kerana takut-takut orang yang zindiq ini akhirnya mendakwa dia adalah Tuhan, dia terlepas daripada maqam syariat dan sebagainya. Orang ini adalah orang yang maghrur, iaitu orang yang ditipu daya oleh syaitan.

Kerana itu, kita dapati semua alim ulama’ kita dalam empat mazhab, kesemua mereka adalah ahli sufi, walaupun mereka terkenal sebagai ahli feqah. Buktinya adalah Imam Abu Hanifah rahimahullah, diriwayatkan beliau solat Subuh selama 40 tahun dengan wudhu’ solat Isya’. Imam Malik rahimahullah, ketinggian ilmu tasawwuf beliau sehingga dikatakan beliau ketika buang air kecil atau besar, beliau tidak akan duduk di bumi Madinah. Ini tidak dilakukan melainkan sebagai tanda hormat kepada kekasihnya, Rasulullah yang berada di dalam bumi Madinah. Demikian juga, Imamuna, Alim Quraisy, Imam Syafie, tahajjudnya luar biasa. Dikatakan beliau mengkhatamkan bacaan Al-Quran setiap hari. Ini merupakan cabaran buat para huffaz. Di dalam kitab Latho’ful Ma’arif karangan Imam Ibn Rajab al-Hanbali mengatakan Imam Syafie dan Imam Abu Hanifah ketika di bulan Ramadhan, setiap hari akan mengkhatamkan Al-Quran sebanyak dua kali. Maka selama 30 hari di bulan Ramadhan, mereka telah khatam Al-Quran sebanyak 60 kali. Kerana itu, Imam Syafie ibadahnya sungguh luar biasa, sehingga kecintaannya kepada Nabi  pun sungguh luar biasa. Sehingga beliau menyebutkan:
فَقِيهًا وَصُوفِيًّا فَكُن لَيْسَ وَاحِدًا
وَإِنِّي وَحَقُّ اللهِ إِيَّاكَ أَنصَحُ
فَذَلِكَ قَاسٍ لَمْ يَذُقْ قَلْبُهُ تُقًى
وَهَذَا جَهُولٌ كَيْفَ ذُو الْحَهْلِ يَصْلُحُ
“Jadilah orang faqih dan orang sufi, jangan diasing-asingkan. Dan aku menasihatimu dengan nama Allah. Maka orang yang hanya faqih tahu mengqiyaskan hukum-hakam sedangkan hatinya tidak merasa taqwa, dan orang yang jahil, bagaimana orang jahil boleh mengislahkan?.”

Sebab orang yang faqih, tetapi tidak belajar ilmu hati, maka hatinya akan menjadi gersang kerana dia tidak tahu yang namanya zauq, majzub, fuyudhot, sebab hatinya kotor kerana tidak belajar ilmu sufi. Manakala orang yang belajar tasawwuf sahaja, tetapi tidak tahu hukum hakam, maka dia akan menjadi orang yang jahil. Jadi, bagaimana orang yang jahil hendak memimpin? Jadi, tiada jalan lain, hendaklah kita menuntut ilmu pengetahuan yang benar.

Kerana itu, ana menasihatkan, apapun subjek yang diambil oleh entum, TALAQI JANGAN TINGGAL…, di manapun entum berada; sama ada di Kuantan, Gombak, PJ dan Nilai. Bertalaqilah dengan sesiapapun. Yang penting, dengan guru yang bersanad dan guru yang mengamalkan ilmunya. Insya Allah, walaupun sedikit, kita tetap akan dapat belajar daripada guru tersebut; ilmunya, pengalamannya, kasihnya, cintanya kepada ilmu dan alim ulama’, cintanya kepada Nabi dan Ahlulbait. Semua ini kita belajar.

Tidak kurang 5000 orang yang menghadiri majlis ilmu Imam Ahmad. Anak murid Imam Ahmad yang benar-benar belajar dengannya dengan membawa pensil dan kertas adalah seramai 500 orang sahaja. Ketika ditanya kepada 4500 hadirin yang hadir yang selain daripada anak murid Imam Ahmad, mereka mengatakan: “Kami ingin melihat cara khasyah, khusyu’ dan tawadhu’nya Imam Ahmad. Kami juga ingin melihat bagaimana Allah memberi ilham kepadanya.”. Sebab itu, kadang-kadang kita hairan, bagaimana para masyaikh kita menyampaikan sesuatu ilmu (tanpa henti)? Ini tidak lain melainkan semuanya adalah ilham daripada Allah kerana mereka berpegang kepada mafhum hadith:
مَنْ عَلِمَ عَمَلَ، يُعَلِّمُهُ اللهُ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Sesiapa yang tahu sesuatu ilmu dan beramal, malah dia mengajar ilmu tersebut kepada orang lain, maka Allah akan ajarkan kepadanya apa yang dia tidak tahu.”

Maka, tidaklah dia berbicara melainkan ilham daripada Allah. Semuanya berbalik kepada hati yang bersih. Kalaupun dia tiada meminta, Allah akan beri ilham kepada hati yang bersih. Mereka inilah kekasih Allah.

Kerana itu, jangan tinggal talaqi walau di mana pun entum berada. Cari ilmu. Tidak rugi orang yang cari ilmu. Tidak kira apa sahaja bidang entum. Entum sangat ‘special’ sekali kerana entum tidak ambil IRK dan sebagainya, tetapi entumlah yang mengungguli majlis-majlis talaqi. Cuma, tidak ada yang tinggal melainkan ikhlaskan niat dalam belajar. Bukan semata-mata untuk dikasihi dan dikenal oleh guru, ini semua datang kemudian. Yang penting, ikhlaskan niat dalam menuntut ilmu.

Yang kedua, bila sudah belajar, amalkan ilmu itu.

Yang ketiga, istiqomahlah dalam beramal kerana ini adalah perkara yang paling penting dan paling payah iaitu istiqomah dalam bertalaqi dan beramal.

Kerana itu, ketika turunnya ayat:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
maka para sahabat melihat di kepala Nabi sudah tumbuh uban. Para sahabat bertanya: “Apakah di dalam surah At-Taubah ini terdapat cerita para Nabi dan Rasul tentang beratnya tanggungjawab mereka, atau cerita pembunuhan dan peperangan sehingga menyebabkan uban tumbuh di kepalamu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab: “Tidak, aku menjadi beruban hanya kerana turunnya satu ayat ini. Itulah dia ayat “Fastaqim kama umirta..” yang bermaksud: “Hendaklah kamu (Muhammad) istiqomah sebagaimana yang disuruh oleh Tuhanmu.”

Kerana itu, sesiapa yang dapat beristiqomah, maka baginya perbendaharaan dunia dan akhirat. Kerana orang yang istiqomah, Allah sangat sayang dan kasih padanya. Kalau tidak istiqomah, takut-takut dia tergolong dalam salik waqif. Mungkin dengan jalan sedikit sahaja lagi dia akan diberi pemberian dan penganugerahan dari Allah, tinggal lagi, dia tidak dibimbing, tidak bertalaqi sehingga hatinya sejuk dan takut-takut pengakhirannya adalah su’ul khatimah.

Kita belajar tasawwuf dan bertalaqi kerana kita mahu martabat ubudiyyah kehambaan kita dinaikkan oleh Allah. Antara caranya adalah sucikan hatimu dan cintai Nabimu . Kerana orang yang tahu agama, tetapi tidak cinta Nabi dan Ahlulbait, hatinya akan menjadi gersang. Bila mendengar bicaranya, kita dengar bicaranya kering kontang. Talaqi memberi kelebihan kepada entum. Bukan kita meminta darjat di kalangan manusia, tetapi Allah yang mengangkat darjat hambaNya.

Diceritakan bahawa, dalam perjalanan Ibnu Abbas RA mencari ilmu agama, beliau lahir agak terkemudian, sehingga beliau tidak berkesempatan selalu dalam majlis ilmu Rasulullah . Sebab itu, beliau mula belajar dengan para sahabat. Antara guru beliau adalah Zaid bin Thabit. Ada yang meriwayatkan, guru beliau adalah Ubay bin Ka’ab. Beliau (Ibn Abbas) menghambakan diri kepada guru beliau. Dikisahkan, suatu hari, ketika beliau pergi ke rumah guru, beliau tidak berani mengetuk pintu rumah guru beliau kerana takut jika menyalahi adab dan takut jika mengganggu gurunya. Ketika itu merupakan hari yang berangin. Beliau duduk di situ dan tidak menjerit-jerit memanggil gurunya, sehingga debu-debu melekat di mukanya. Kerana terlalu lama menunggu, debu-debu yang melekat di muka dan janggutnya membuatkan beliau tidak dikenal sebagai manusia, yang namanya Ibnu Abbas yang merupakan sepupu Rasulullah . Sehingga ketika gurunya keluar, gurunya bertanya: “Siapakah ini? Masya Allah! Ini adalah sepupu Nabi! Kenapa kamu berbuat sedemikian?”. Ibnu Abbas menjawab: “Saya tidak mahu takut-takut saya mengganggu guru tidur atau berehat dan sebagainya.” Demikianlah juga ketika gurunya ingin pergi ke suatu tempat, Ibnu Abbas lantas mengambil dan menaikkan gurunya ke atas seekor unta, dan beliau berjalan di belakang unta tersebut kerana tanda hormat kepada gurunya. Ketika ditanya oleh gurunya, mengapakah kamu berbuat demikian? Maka dijawabnya:
هَكَذَا أُمِرْنَا أَن نَفْعَلَ بِعُلَمَائِنَا
“Demikianlah kami diajar supaya kami buat hormat pada ulama’ guru kami.”
Ketika sampai di tempat yang dituju, Sayyiduna Zaid lantas turun dari unta dan mengambil tangan Ibnu Abbas dan menciumya. Ibnu Abbas lantas bertanya mengapa gurunya berbuat demikian? Gurunya menjawab:
هَكَذَا أُمِرْنَا أَن نَفْعَلَ بِآلِ بَيْتِ نَبِيِّنَا
“Demikianlah kami diajar supaya kami menghormati Ahlil bait Nabi kami.”
Akhirnya Ibnu Abbas menjadi orang yang dihormati dari segi wara’nya, ilmunya dan firasatnya sehingga keluar dari mulutnya sebagai tasyji’ kepada para penuntut ilmu:
ذَلَلْتُ طَالِبًا فَعَزَزْتُ مَطْلُوبًا
“Aku dahulu menghinakan diriku untuk belajar menuntut ilmu, tetapi sekarang aku mulia kerana menjadi pengajar yang dituntut ilmu.”

Demikianlah, maka kekalkanlah ‘ilaqah qolbiyyah dengan guru walaupun sudah tidak bertemu dengan guru iaitu jangan lupa baca Al-Fatihah tujuh kali setiap kali selepas solat. Mudah-mudahan kita semua mendapat rahmat dan berkat daripada Allah Robbul A’lamin. Allahumma Amin.”

(Catatan ini berdasarkan rakaman dari taushiyah spontan yang disampaikan oleh Al-Fadhil Ustaz pada malam tersebut, tanpa diubah ayat dan perkataannya)